Saturday 9 March 2019

Mengunjungi Pati untuk Kenduri Nasional


Geriap angin sore menghampiriku,  menunduk sendu pada semesta alam. 

Sore ini,  tepatnya di tempat pelelangan ikan sedang diadakan acara sakral. Sebuah kegiatan berkalang doa yang dipanjatkan untuk Indonesia. Oh memang buat Indonesia yang kini hampir tercerai berai karena bedanya pendapat terhadap sesama. Miris,  anak bangsa yang tadinya berangkulan dengan tas gembok melingkar di punggung, kini setelah dewasa jadi saling mencaci karena beda ideologi. Hilang sudah tenggang rasa,  hilang sudah toleransi. Yang tersisa hanya ego semata. 

Sebagian rakyat Indonesia tidak ingin perpecahan ini semakin menjadi,  maka diadakanlah acara Kenduri Nasional dengan tajuk Umbul Donga Larung Sukerto. Kegiatan yang diadakan pada Sabtu 9 Maret 2019 ini bertujuan untuk memanjatkan doa pada sang Pencipta agar Indonesia semakin kuat bersama. 

Dibuka dengan tarian Gambyong

Berlokasi di tempat pelelangan ikan Banyutowo,  desa Banyutowo kecamatan Dukuhseti kabupaten Pati,  kegiatan tahunan ini diadakan bersama para nelayan disekitar wilayah Pati. Sebelumnya,  Umbul Donga diadakan di kota Solo,  tetapi,  Umbul Donga ini  beda sekali dengan yang sebelumnya.  Kalau di Solo kegiatannya di darat.  Nah kalau di Pati,  kegiatannya di Air.  Jadi ada sesi larung,  atau dalam budaya menyimbolkan pembuangan energi negatif sekaligus berterimakasih pada laut atau bumi sehingga manusia berbagi hasil bumi dengan mereka. 

Tumpeng yang siap santap

Jika di solo tumpengnya merah putih,  nah di Pati tumpengnya masih tetap sama.  Sebagai simbol bendera negara.  Tumpeng ini kemudian disantap beramai ramai karena sudah lengkap dengan lauknya. Selain tumpeng,  yang menarik juga adalah sajian kuliner Pati yang bisa dinikmati dalam kegiatan kenduri ini.  Jangan khawatir untuk datang di acara Kenduri Nasional di tahun depan,  karena acara ini gratis dan memberikan banyak manfaat untuk kita. 

Makan bersama

Dibuka dengan tarian Gambyong,  kegiatan Kenduri Nasional ini juga dihadiri oleh beberapa tokoh masyarakat Pati seperti Bapak Ipong Ismunarto serta Gus Umar. 

Sepasang Bebek dan mayang yang dilarung

Setelah melarung Kembar mayang beserta sepasang Bebek berwarna putih. Acara di tutup dengan tarian Tayub. Wah,  next time kalian harus kesini guys,  karena acara ini sayang untuk dilewatkan oleh kita para wisatawan. Apalagi mendengar nama Pati kayaknya masih asing dan gak semegah Solo atau Jogja,  padahal disini juga kebudayaannya kental dan bisa jadi ladang ilmu baru buat kita. 

No comments:

Post a Comment